Kamis, 17 Februari 2011

Malaikat dan Syetan

Pandangan di atas menegaskan bahwa malaikat adalah nama untuk
kekuatan-kekuatan alam yang mendorong kepada kebaikan dan kebahagiaan.
Sedangkan setan adalah nama untuk kekuatan-kekuatan alam yang mendorong
kepada kejahatan dan kesengsaraan. Tetapi kata-kata Al-Quran berbeda dengan
pandangan tersebut. Al-Quran memandang malaikat dan setan sebagai makhluk
yang tidak bisa dijangkau dengan indera-indera lahir.

Keduanya memiliki
pengetahuan dan kehendak-merdeka. Adapun malaikat, dalam beberapa ayat di
atas, ia adalah wujud tersendiri yang beriman kepada Allah dan melakukan
perbuatan-perbuatan yang membutuhkan kehendak dan kecerdasan. Dalam
Al-Quran terdapat banyak ayat seperti ini, dan di sini tidak cukup untuk
menyebutkan seluruh ayat itu. Adapun setan, kisah Iblis, ke­engganannya
bersujud kepada Adam serta dialog yang terjadi antara dia dan Allah,
disebutkan di beberapa tempat dalam Al­ Quran.


Sesudah dikeluarkan dari
barisan para malaikat, Iblis ber­kata:

"Sungguh aku akan menyesatkan mereka (manusia) semuanya, kecuali
hamba-hamba-Mu yang ikhlas." (QS 38:82-83)


Maka Allah menjawab:"Sungguh Kami akan memenuhi neraka Jahanam dengan kamu
dan dengan mereka yang mengikutimu. " (QS 38:85)


Jelaslah bahwa balasan dan siksaan hanya layak diberikan kepada yang
memiliki kehendak dan mengetahui baik dan buruk. Hal ini berarti bahwa
setan mempunyai pengetahuan dan kehendak. Dalam ayat lain kita mengetahui
bahwa Allah memberikan sifat "dugaan" kepada Iblis. Sifat ini merupakan
salah satu kriteria pengetahuan. Allah berfirman:

"Sesungguhnya Iblis telah dapat membuktikan kebenaran dugaannya kepada
mereka, lalu mereka mengikutinya kecuali sebagian orang yang beriman. " (QS
34:20)


Dalam ayat lain lagi dijelaskan bahwa Iblis menolak celaan yang dilontarkan
terhadap dirinya. Penolakan ini tidak akan dikemukakan kecuali oleh makhluk
yang memiliki kecerdasan dan kehendak. Allah berfirman:
"Setelah perkara telah ditentukan, setan berkata: 'Sesungguh­nya Allah
telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan
kepadamu, tetapi aku mengingkarinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku
terhadapmu, rnelainkan sekadar mengajakmu, kemudian kamu mengikutiku. Maka
janganlah mencelaku dan celalah dirimu sendiri. "' (QS 14:22)
Ayat-ayat ini dan ayat-ayat lain tentang hal ini menunjukkan bahwa setan
memiliki sifat-sifat. Dan sifat-sifat itu akan dimilikinya bila ia memiliki
kecerdasan dan kemerdekaan berkehendak. Sifat-sifat semacam ini tidak
diberikan kepada kekuatan-kekuatan alam. Sebab, kekuatan-kekuatan alam ini
tidak memiliki kecerdasan dan kemerdekaan berkehendak.
Artikel : Fikir Muslim Indonesia
Baca Selengkapnya...

Kolaborasi Gaya Hidup,Sastra, Media dan Internet

Sastra bagi remaja perkotaan bukanlah sastra yang terwakili oleh para sastrawan dari generasi Putu Wijaya sampai Linda Christanty sekalipun. Sastra bagi remaja perkotaan juga bukanlah sastra koran, majalah sastra seperti Horison, maupun jurnal-jurnal kebudayaan yang memuat cerpen, puisi, dan esai-esai serius. Sastra remaja perkotaan adalah sastra pergaulan yang terekspresikan dalam medium-medium baru yang melekat pada gaya hidup mereka. Sastra remaja perkotaan saat ini adalah sesuatu yang sama sekali terlepas dari mata rantai sejarah sastra sebelumnya. Sejarah sastra yang saya maksud adalah sejarah sastra resmi versi para kritikus, teoritisi, akademisi dan para sastrawan sendiri. Sejarah sastra resmi ini sama halnya dengan sejarah pada umumnya yang berpihak pada kepentingan kekuasaan tertentu dengan muatan subjektivitas yang juga kental di dalam historiografi-nya. Dalam konteks remaja perkotaan secara riil, sebenarnya apa yang disebut mainstream sastra itu bahkan tidak eksis. Ada gap yang sangat jauh antara sastra dan kehidupan riil remaja perkotaan sekarang.

Medium-medium ekspresi kesusasteraan dalam gaya hidup remaja perkotaan sekarang kurang lebih merupakan sebuah dekonstruksi terhadap medium ekspresi sebelumnya yang terjadi sebagai akibat dari perkembangan teknologi. Pretensi menulis sebuah karya sastra tidak lagi dilandasi oleh motivasi mimpi-mimpi besar, ide-ide pemberontakan, maupun pemikiran-pemikiran jenial untuk mengubah dunia. Remaja perkotaan sekarang cukup menulis di blog mereka tentang hal-hal personal keseharian yang remeh-temeh, mengirim sms romantis pada pacarnya, atau menciptakan syair lagu cinta yang juga sederhana saja. Itulah medium-medium ekspresi sastra remaja perkotaan sekarang. Di sisi lain para penulis generasi “tua” tetap asyik dengan mimpi-mimpi, keyakinan, arogansi, dan ide-ide besar untuk melahirkan sebuah magnum opus dalam “sejarah” kepenulisan mereka. Tanpa sadar, gap yang ada semakin curam dan dalam, mengingatkan kita pada kritik-kritik berpuluh tahun silam tentang ivory tower-nya para sastrawan dan seniman secara keseluruhan.

Tentu masalahnya memang tak bisa dilepaskan dari “nilai-nilai, kriteria, teori-teori” tentang apa yang disebut dan dianggap sebagai “sastra”. Hal ini pun adalah persoalan lama yang terus menggantung tanpa penyelesaian. Bagi sejumlah sastrawan, sebut misalnya Seno Gumira Ajidarma, Sapardi Djoko Damono, atau Budi Darma, apa yang disebut dan dianggap sebagai “kriteria dan nilai-nilai” sastra adalah relatif dan subjektif. Pandangan ini memberi ruang kebebasan yang luas untuk menganggap dan menyebut apa itu karya sastra. Di lain pihak, masih banyak sastrawan dan kritikus yang berpegang pada teori-teori baku yang entah apa atau entah yang mana untuk mengategorisasikan sebuah karya sebagai “sastra”. Pandangan inilah yang kemudian mungkin membuat buku-buku semacam ensiklopedi sastra Indonesia tidak pernah lengkap dan utuh. Di buku-buku itu pastilah tidak pernah ada nama Agni Amorita Dewi misalnya, penulis cerpen remaja generasi tahun 80-an yang kerap mengisi lembar cerpen di berbagai majalah remaja dan pernah pula menjadi pemenang lomba cerber Femina. Di buku-buku itu pastilah tidak akan ada nama Raditya Dika atau Aditya Mulya, dua novelis muda masa kini yang penggemarnya menyebar di kalangan remaja perkotaan seluruh Indonesia. Dan di buku-buku itu juga tidak pernah ada nama FX Rudy Gunawan, penulis cerpen, esai, dan novel yang karya-karyanya juga kerap dimuat di sastra koran (non-Kompas) dan puluhan bukunya telah diterbitkan.

Ini adalah sebuah stagnansi yang ironis. Generasi remaja sekarang merasa tidak ada perlunya membaca karya sastra adiluhung yang tidak connect dengan kehidupan riil mereka. Telah terjadi sebuah perubahan paradigma yang tidak pernah diantisipasi oleh para sastrawan. Program sastra masuk sekolah mungkin merupakan sebuah upaya yang pernah dilakukan untuk menjembatani gap atau mencairkan stagnansi ini. Tapi karena frame yang dibawa adalah “mindset lama” dan yang dilakukan dengan “cara lama” pula, maka bisa dikatakan upaya ini kurang membuahkan hasil. Sejumlah SMA yang didatangi mungkin jadi lebih mengenal sastrawan-sastrawan dan karya-karyanya, tapi hanya sebatas itulah hasilnya. Padahal yang dibutuhkan sekarang adalah menciptakan generasi baru pecinta sastra dan menumbuhkan iklim atau atmosfir yang subur bagi lahirnya generasi penulis sastra yang baru, segar, dan sama sekali berbeda.

Dalam gaya hidup remaja perkotaan sekarang, film dan musiklah yang paling populer sebagai bagian dari kehidupan kesenian dan kebudayaan mereka. Ini terbukti dari suksesnya novel-novel adaptasi film yang digagas dan diterbitkan oleh penerbit spesialis novel remaja, GagasMedia. Hampir semua novel adaptasi film-film nasional terjual puluhan ribu kopi dalam hitungan bulan saja. Genre novel ini telah berhasil menjadi bagian dari gaya hidup remaja perkotaan berkat kolaborasi antara dunia film dan dunia sastra. Kolaborasi berarti sebuah persinggungan yang nyata dengan kehidupan. Kolaborasi menjadi sebuah pola untuk mencairkan stagnansi dan melahirkan karya yang “membumi”. Sebuah contoh kolaborasi ideal dari dunia musik adalah grup rock gaek Santana yang berkolaborasi dengan penyanyi remaja popular dalam tiga album terakhir mereka yang dirilis beberapa tahun belakangan. Kesadaran Santana sebagai grup yang melegenda untuk tetap tune in dengan perkembangan zaman sungguh sebuah kerendahan hati yang patut diteladani di dunia sastra kita.

Sastra seharusnya menjadi bagian dari gaya hidup remaja perkotaan karena sastra seharusnya menjadi bagian dari kehidupan nyata termasuk kehidupan sehari-hari dengan segala tetek-bengek persoalannya yang mungkin cengeng, menyebalkan, dan tidak mutu. Tapi atas dasar apa seseorang berhak men-judge seperti itu terhadap kenyataan hidup yang nyata? Atas dasar apa seseorang atau sejumlah orang berhak menghakimi sebuah karya? Tiada satu dasar pun yang bisa membenarkan sikap-sikap seperti itu. Sebaliknya, justru pengikisan terhadap sikap-sikap seperti inilah yang akan mampu mengintegrasikan sastra dalam gaya hidup remaja perkotaan.


Gaya Hidup Remaja dan Media

Semua jenis media, baik itu Internet, televisi, film, musik, maupun majalah, berpengaruh besar terhadap gaya hidup kita masa kini. Kebanyakan media menginformasikan tentang gaya hidup remaja kota, yang notabene meniru gaya hidup modern. Maka, tidak heran jika kita digiring menjadi sangat konsumtif.

Masa remaja adalah masa pencarian identitas. Kita sebagai remaja mulai mencari gaya hidup yang pas dan sesuai dengan selera. Kita juga mulai mencari seorang idola atau tokoh identifikasi yang bisa dijadikan panutan, baik dalam pencarian gaya hidup, gaya bicara, penampilan, dan lain-lain. Imbasnya banyak kita jumpai teman-teman dengan berbagai atributnya yang sebenarnya mereka hanya meniru-niru saja. Sadar tidak sih kalau saat ini banyak sekali sinetron remaja yang menawarkan life style baru? Para bintang muda yang digandrungi ternyata mampu mengubah style remaja.

Pada masa remaja pengaruh idola memang sangat kuat. Idola atau tokoh akan mengendalikan hidup kita yang mungkin tanpa kita sadari. Nah, di sinilah media

Namun, apakah benar bahwa media sedemikian buruk pengaruhnya bagi remaja? Sebenarnya tidak seratus persen demikian. Hal ini menjadi tantangan bagi kita untuk memilah-milah atau selektif terhadap pesan yang disampaikan oleh media. Karena, tidak bisa dimungkiri bahwa keberadaan media mutlak diperlukan. Karena, pada suatu sisi media memungkinkan kita untuk tahu beragam informasi, berita, penemuan, dan hal-hal baru. Atau bisa disimpulkan bahwa sebenarnya hadirnya media berpengaruh positif dan juga negatif.

Keberadaan media memang tidak lepas dari kepentingan pasar. Dengan demikian, kalau kita tidak selektif terhadap pesan media, kita akan menjadi korban media. tidak salah memang ketika kita membeli sebuah produk berdasarkan informasi dari media. Namun, yang perlu diingat, seberapa perlu produk yang kita beli itu bagi diri kita. Apakah kita memang membutuhkan produk itu ataukah karena kita terpengaruh oleh iming-iming yang disampaikan oleh media.


Remaja : Jangan memaksakan diri

tidak ada salahnya memang untuk tampil menarik seperti yang banyak diiklankan di media, dengan sebagian produk yang ditawarkan untuk membantu mewujudkan impian itu. Juga merupakan sesuatu yang wajar untuk pergi berbelanja membeli barang-barang kesukaan. Namun, yang mesti kita ingat, jangan memaksakan diri. Kalau kita ikuti perkembangan mode pakaian, misalnya, kalau tidak pantas, ya tidak usah dibeli, sebaiknya kita sesuaikan dengan diri kita. Singkatnya sih tidak harus mengikuti tren yang ada, tetapi yang penting nyaman di tubuh kita. Pokoknya yang penting kita percaya diri, nyaman dengan diri sendiri, menerima apa adanya, love yourself. Bahkan, akan lebih oke lagi kalau kita bisa menunjukkan kelebihan-kelebihan kita yang lain.

Nah, jelaskan? Media memang punya dampak positif dan negatif. Kita harus arif menyikapinya. Cara gampang adalah mengenali diri kita sendiri dan mengenali apa yang menurut kita sangat penting. Mengenali apa yang kita sukai, apa yang bisa kita toleransi dari orang lain dan hal-hal yang membuat kita merasa mantap. Kalau setelah kita renungkan semua berbeda dari apa yang benar versi media, itu artinya kita harus segera ambil strategi. So, jangan menelan secara mentah-mentah apa yang diinformasikan media sehingga tidak begitu saja menjadi korban media.

Baca juga Artikel-artikel Tentang Remaja, Kenakalan Remaja, Gaya Hidup Remaja dan Psikologi Remaja lainnya :

* Kenakalan Remaja, Peran Orang Tua, Guru, dan Linkungan
* Kenakalan Remaja Atau Kenakalan Orang Tua
* Perilaku Hubungan Sosial dan Solidaritas Antar Teman pada Perilaku Gaya Hidup Remaja
* Guru dan Psikologi Penangkal Kenakalan Remaja




Source :

* F.X Rudy Gunawan di kutubuku.com
* RINI WIDYASTUTI Relawan Pusat Studi Seksualitas-PKBI Yogyakarta di http://www2.kompas.com


Baca Selengkapnya...

Rabu, 16 Februari 2011

Aku Cinta Indonesia

Penandatanganan MOU Kampanye Aku Cinta Indonesia:
Upaya Perkokoh Pondasi Nation Branding
SIARAN PERS
Pusat HUMAS Departemen Perdagangan
Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110
Phone/Fax: 021-23528400/23528456
www.depdag.go.id
Jakarta, 27 Juli 2009 – Komitmen pemerintah melakukan kampanye ’Aku Cinta Indonesia’ (ACI) membutuhkan partisipasi semua pihak. Keterlibatan seluruh departemen, instansi pemerintah, dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sangatlah penting agar gerakan ini dapat berlangsung dengan baik. Sehubungan hal tersebut, Departemen Perdagangan, Departemen Komunikasi dan Informasi, Kementerian Negara BUMN dan BUMN-BUMN terkait, hari ini melakukan penandatanganan MOU kampanye ’Aku Cinta Indonesia’ di Jakarta.

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan, pemerintah tidak aktif bekerja sendiri dan sangat membutuhkan peran dan kerjasama semua lapisan masyarakat, termasuk para pelaku usaha, baik perusahaan swasta maupun BUMN. ”Penandatanganan MOU ini diharapkan dukungan pelaksanaan kampanye ACI dapat segera dilaksanakan. Kita harapkan dukungan semua pihak, kampanye ini akan menjadi sebuah gerakan, sehingga produk indonesia dapat menjadi tuan rumah di negaranya sendiri. Gerakan dan kampanye ACI dapat menjadi semangat dalam melakukan peningkatan dan menjadikan produk Indonesia lebih kompetitif,” tambah Mendag.

Keterlibatan perusahaan BUMN dalam kampanye ACI sangatlah diperlukan. Perusahaan BUMN dapat menyelipkan logo dan kampanye cinta Indonesia dalam iklan layanan masyarakatnya, juga melalui materi-materi komunikasi baik internal maupun eksternal, iklan TV dan media cetak. Ini bisa menjadi langkah efektif untuk melibatkan konsumen dan komunitas agar berpartisipasi aktif menggalang gerakan ACI. Sebagai contoh, perusahaan transportasi dapat menayangkan logo dan kampanye cinta Indonesia pada media audio visual di setiap armadanya. Selain itu, melalui buletin bulanan, majalah yang ditujukan bagi nasabah, pemasangan iklan di sentra layanan konsumen yang dimiliki perusahaan BUMN masing-masing dapat membantu menyebarluaskan informasi yang menyibak fakta tentang keunggulan-keunggulan produk atau jasa Indonesia.

Mendag menambahkan, BUMN juga dapat berperan serta dalam kampanye ACI sebagai sponsor kampanye, baik di media cetak dan elektronik. Depdag telah memproduksi iklan TV dan beberapa iklan cetak dimana penayangannya membutuhkan partisipasi perusahaan-perusahaan BUMN.
Kampanye ACI diupayakan agar berlangsung dinamis dan inspiratif, mampu menggugah masyarakat untuk terlibat aktif mencintai, membanggakan, membeli serta menggunakan produk Indonesia. Siapa lagi yang akan cinta, bangga, mau membeli dan memakai produk Indonesia kalau bukan kita sendiri. Kita mulai kecintaan terhadap produk indonesia dari diri sendiri dan menularkannya kepada keluarga, lingkungan dan masyarakat. Anak-anak harus didorong terus untuk lebih mengenal alam indonesia, masakan nusantara, pakaian, Sepatu, musik, film serta produk-produk buatan dalam negeri sehingga mereka menghargai hasil karya bangsa sendiri sejak dini.

Kampanye ACI semakin relevan dalam situasi paska pemboman serta krisis ekonomi global saat ini dan bisa menjadi batu pijakan dalam membangun kembali kesadaran akan pentingnya menggunakan produk dalam negeri. Rasa nasionalisme akan membantu mendorong tumbuh dan berkembangnya industri nasional agar Indonesia mampu bersaing di pasar dunia.

”Kita harus jadikan rasa cinta Indonesia ini sebagai sebuah gerakan bersama (collective movement), karena rasa cinta dan bangga ini akan membantu bangsa indonesia memposisikan diri sebagai bangsa kreatif di antara bangsa lainnya di dunia. Dan dengan kondisi paska pemboman, kampanye ini akan membantu bangsa indonesia menyusun kembali rasa percaya dirinya, sehingga akhirnya dengan bangga kita dapat mengatakan bersama 100% Cinta Indonesia!,” jelas Mendag.

Read more about Kampanye Aku Cinta Indonesia | Pusat Grosir Sepatu dan Tas - GrosirSepatuTas.com by www.grosirsepatutas.com
Baca Selengkapnya...

Macam Pendidikan

Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran.
Bagi sebagian orang pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."
Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam -- sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka -- walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.

pendidikan dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
Pendidikan menengah
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.
Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Jalur pendidikan
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.
Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau Taman Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di setiap mesjid dan Sekolah Minggu, yang terdapat di semua gereja.
Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya kursus musik, bimbingan belajar dan sebagainya. Program - program PNF yaitu Keaksaraan fungsional (KF); Pendidikan Kesetaraan A, B, C; Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); Magang; dan sebagainya Lembaga PNF yaitu PKBM, SKB, BPPNFI, dan lain sebagainya.
Pendidikan informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab.
Jenis pendidikan
Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.
Pendidikan umum
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA).
pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah sekolah menengah kejuruan (SMK).
Pendidikan akademik
Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
Pendidikan profesi
Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang profesional.
Pendidikan vokasi
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).
Pendidikan jasmani


Pendidikan jasmani di Jakarta di masa Hindia Belanda
Pendidikan keagamaan
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama dan /atau menjadi ahli ilmu agama.
Pendidikan khusus
Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk sekolah luar biasa/SLB).

Baca Selengkapnya...

Politik Indonesia

INDONESIA adalah sebuah negara hukum yang berbentuk kesatuan dengan pemerintahan berbentuk republik dan sistem pemerintahan presidensial dengan sifat parlementer. Indonesia tidak menganut sistem pemisahan kekuasaan melainkan pembagian kekuasaan. Walaupun ± 90% penduduknya beragama islam, Indonesia bukanlah sebuah negara islam.
Cabang eksekutif dipimpin oleh seorang Presiden yang merupakan kepala negara sekaligus kepala pemerintahan yang dibantu oleh seorang Wakil Presiden yang kedudukannya sebagai pembantu presiden diatas para menteri yang juga pembantu presiden. Kekuasaan legislatif dibagi diantara dua kamar di dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat/MPR yaitu, Dewan Perwakilan Rakyat/DPR dan Dewan Perwakilan Daerah/DPD. Cabang yudikatif terdiri dari Mahkamah Agung/MA yang dan sebuah Mahkamah Konstitusi/MK yang secara bersama-sama memegang kekuasaan kehakiman. Kekuasaan Inspektif dikendalikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan yang memiliki perwakilan disetiap Provinsi dan Kabupaten/Kota diseluruh wilayah Republik Indonesia.


Indonesia terdiri dari 33 provinsi yang memiliki otonomi, 5 diantaranya memiliki status otonomi yang berbeda, terdiri dari 3 Daerah Otonomi Khusus yaitu Aceh, Papua, dan Papua Barat; 1 Daerah Istimewa yaitu Yogyakarta; dan 1 Daerah Khusus Ibukota yaitu Jakarta. Setiap propinsi dibagi-bagi lagi menjadi kota/kabupaten dan setiap kota/kabupaten dibagi-bagi lagi menjadi kecamatan/distrik kemudian dibagi lagi menjadi keluarahan/desa/nagari hingga terakhir adalah rukun tetangga.
Pemilihan Umum diselenggarakan setiap 5 tahun untuk memilih anggota DPR, anggota DPD, dan anggota DPRD yang disebut pemilihan umum legislatif (Pileg) dan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden atau yang disebut pemilihan umum presiden (Pilpres). Pemilihan Umum di Indonesia menganut sistem multipartai.
Ada perbedaan yang besar antara sistem politik Indonesia dan negara demokratis lainnya didunia. Diantaranya adalah adanya Majelis Permusyawaratan Rakyat yang merupakan ciri khas dari kearifan lokal Indonesia, Mahkamah Konstitusi yang juga berwenang mengadili sengketa hasil pemilihan umum, bentuk negara kesatuan yang menerapkan prinsip-prinsip federalisme seperti adanya Dewan Perwakilan Daerah, dan sistem multipartai berbatas dimana setiap partai yang mengikuti pemilihan umum harus memenuhi ambang batas 2.5% untuk dapat menempatkan anggotanya di Dewan Perwakilan Rakyat maupun di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah/DPRD Kabupaten/Kota.

Baca Selengkapnya...

Kamis, 13 Januari 2011

ISL vs LPI

Saya tidak ambil pusing apa itu ISL, apa itu LPI, bagi saya sebagai bangsa mana yang baik itu yang akan kita pakai, karena semuanya demi TIM sepakbola INDONESIA.
Inilah Perbedaan LSI dengan LPI
Pendiri grup PSSI Tandingan di situs jejaring sosial, Ian Rajagukguk, membeberkan perbedaan antara Liga Super Indonesia (LSI) dengan Liga Primer Indonesia (LPI) yang sedianya siap digelar 26 Oktober mendatang.
Menurut Ian, LPI memiliki keuntungan lebih banyak dibanding klub yang ikut LSI. Salah satunya, klub akan menerima pembagian keuntungan dana dari sponsor sebesar 100 persen. Berikut rincian perbedaan LSI dengan LPI yang dibeberkan Ian.
Liga Super Indonesia (LSI):
LSI di bawah payung PSSI.
Afiliasi regional: AFC
Afiliasi Internasional : FIFA
-Struktur Saham:
Yayasan: 5 persen
Klub: 0 persen
PSSI: 95 persen
- Pembagian Hak Siar TV (kompensasi siaran langsung): 0 persen
- Pembagian Sponsor Utama : 0 persen
Keuntungan : 100 persen untuk PSSI/PT Liga Indonesia
- Wasit : Lokal
- Sumber Dana : APBD
- Badan Yudisial : Komdis dan Komding PSSI
- Peserta : 18 klub
- Sponsor : PT. Djarum (Rp.41.5 milliar)
- Hadiah : Rp 1,5 milliar
Liga Primer Indonesia (LPI):
LPI di bawah payung PSSI
Afilliasi Regional: AFC
Afiliasi Internasional: FIFA
- Struktur Saham
Yayasan: 100 persen klub
- Pembagian Hak Siar TV
Klub: 100 persen
- Pembagian Sponsor Utama
Klub: 100 persen
- Keuntungan
Kuota Klub Peserta: 80 persen
Kuota Pembinaan: 20 persen
- Wasit: Asing (2 tahun)
- Sumber Dana: Investasi Rp 15-20 milliar per klub
- Badan Yudisial: Komdis dan Komding LPI
- Peserta: 18-20 klub
- Sponsor: Konsorsium investor
- Hadiah: 5 milliar. Baca Selengkapnya...